Aku tak pernah berfikir dengan cepat, akan menggantikan posisi pria yang secara berjalannya waktu sudah lumayan lama menyita senyumku. Entah apa yang membuat aku terus menerus terpaku di masa lalu. Seakan tanganku enggan membuka pintu kebahagiaan dan aku selalu mengijinkan tagis datang. Aku sengaja menikmati kesakitan itu, sampai mata pun lebam menderita karna mengeluarkan tangisan luka. “apa yang sebaiknya aku lakukan? Menutup hati kah? Apa itu bisa menghilangkan luka?” pemikiran itu tampak semu sesaat setelah kedatangan orang yang masih ku anggap awam. Bagaimana bisa, orang di seberang pulau bisa sedikit demi sedikit menyita tangisku? Dia mungkin sengaja didatangkan Tuhan. Mungkin Tuhan lelah mendengar tangisku yang tak kunjung padam. Aku merasa sedikit aneh tentang kejadian yang sedikit menggelitik ini. “apakah aku salah mulai membuka hati pada orang yang bahkan matanya tak bisa aku tebak? Bagaimana wajahnya? Lalu berapa tingginya? Ahh.. semuanya tampak lucu. Apakah cinta segila in