Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni 4, 2013

"Riwayat Senyumku"

berawal dari dumai (dunia maya). awalnya aku hanya iseng membuka situs social yang membuatku heran "sociasingle" ya sociasingle lah yang mempertemukan kita. dan dari situ awal senyumku mulai terukhir. Setelah kejadian yang aku alami dimasalalu yang sempat membuat aku terpaku dan berlaku dingin terhadap semua pria.  mungkin segelintir orang menganggap biasa apa yang terjadi dimasalaluku bahkan tak banyak yang keenakkan dan sengaja mencicipi terus-terusan dosa yang bahkan akan menghancurkan masa depannya itu. aku tak pernah membayangkan kenapa dulu aku rela memberikan harta seorang wanita yang seharusnya diberikan hanya untuk suaminya? hanya karna rasa sayang? tapi, sekarang penyesalan tiada guna. perkenalanku tak cukup hanya bercakap menyebutkan nama saja. dia pun tak lupa menanyakan nomor hand phoneku. entah apa yang membuat tanganku mengangayunkan jarinya mengetik beberapa angka di pesan sociasingle. kita pun saling lebih dalam mengenal satu sama lain. aku tak pernah be

"Di Ujung Hati"

aku selalu di tempat yang sama. di ujung sungai yang mengalir lambat menuju suatu titik dimana air itu deras mengalir kebawah. mataku agak lebam. semalaman aku menangis seperti malam sebelumnya, penyesalan ini tak berujung. aku tak menemukan titik dimana air mataku bisa berhenti mengalir. ku lepaskan nafas kesal lewat dua lubang yang kian memerah. aku menghempaskan badanku pelan, menatap langit sore di atas hamparan rumput hijau. aku masih terbayang hari itu. seperti biasanya dia sangat romantis, humoris dan selalu membuatku kaget dengan berbagai macam kejutan dihari-hariku. semua itu membekas dan tak mungkin hilang. hari itu, tangannya erat menggandengku menuju suatu taman. tangan itu seakan tak membiarkan pegangannya lepas. aku selalu bertanya "kita mau kemana?" dia hanya menoleh lembut dan memberikan senyuman manis. ya bagiku sangat manis. langkah kita pun berhenti disuatu taman indah, di pinggir sungai. dia pun mulai tersenyum dan mempererat pegangan tangannya. aku kege

"Kasih Ayah menembus hati kerasku"

Hari itu cerah, nampaknya Lelaki itu belum bangun dari tidur pulasnya. “nak bangun!” teriak seorang dari balik pintu sambil mengetok pintu Rehan, pelan. “ahh.. masih pagi ayah!!” teriaknya dengan nada serak. Suara itu tampak lenyap diganti langkahan kaki yang samakin mengecil. Mobil itu melaju cukup kencang, menuju ke sebuah rumah kecil. Nampaknya rumah itu tak berpenghuni, tapi tunggu. “hei bro!” sapa Rehan saat pintu rumah itu dibukakan. “hei, lama lu gak kesini? Kenapa? Di bekap bokap lu?” ledeknya. Pukulan keras mengantam pundak pria itu. “sialan lu! Bokap gua berani gitu? Gk lah, dia takut gua kibas!” kata Rehan. “ahh, kalau lu gak takut pistolnya menembus kepala lu! Gua sih percaya lu lakuin itu!” kata pria itu tak mau mengalah. “woi.. udahlah, Rehan baru datang. Tak usahlah kau cari gara-gara!” kata seorang pria lagi keluar dari salah satu kamar di rumah itu. “bukannya gitu bos…” “ahh.. janganlah kau banyak omong kalau tak mau aku kibas kau!” katanya lagi dengan logat batak

"Apa itu Cinta"

Hari ini sangat cerah. Burung pun tak henti memamerkan alunan suara merdunya kepada pasangannya. Tapi bagiku hari ini sama saja, tak ada yang menarik. Seperti pagi biasanya, ocehan dan dengungan cekcok mama papa sudah kudengar. Apa yang terjadi semalam, itu yang juga tak bisa membuatku tidur dan terus terjaga. Aku merasa tak nyaman di dalam rumah. Aku tahu apa penyebab hal ini terjadi. Aku pun tak mau unjuk keberanian dan sok bijak masuk dalam persoalan mereka. Aku tahu, ini akan segera berakhir. Tetapi telingaku tak henti mendengarkan dengungan yang sampai kehati itu. Sesekali ku dengar suara benda jatuh yang memberi kesan tersendiri dipendengaran telingaku. Terkadang aku hanya menyendiri dikamar. Setiap hari. Sosok wanita separuh baya kulihat semakin memasuki keluargaku, mempunyai dua anak baginya mungkin tak cukup membahagiakannya hingga membawa papaku kepermasalahan rumah tangga yang kian rumit. Dan ketakutanku adalah kata “pisah”. Sering wanita itu berpura-pura tak menyad