Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Andai lebih awal

Hari ini cerah, tak seperti biasa. Tapi hati masih di gelanyuti dengan alunan nada yang menyita senyumku. Mungkin lagu itu tak sepenuhnya untukku atau aku saja yang terlalu percaya diri kalau yang dia maksud itu aku. Minggu lalu dia disampingku. Duduk di dekatku itu biasa bagiku, toh dia adalah tempat celotehan, tawa dan tangisku. Dia sahabatku. Aku dengar suara merdunya mengalunkan sebuah lagu. " Andai saja waktu itu tak ku tunda, tuk ungkapkan isi hati kepadanya. Mungkin dia jadi milikku bahagiakan hariku" Dia menatapku. Aku merasa lagu itu menyentuhku. " Terlambat sudah semua kali ini, yang ku inginkan tak lagi sendiri" . Kali ini aku menatapnya, dia tersenyum namun alunan gitar tak berhenti. Ku coba membuyarkan pikiranku. Senyumnya kini selalu membuatku deg degan.. padahal dulu tak seperti itu. Memang, dulu hatiku sempat nyangkut di sela sela senyumnya.. " tapi itu dulu.. masa sekarang aku su..." Ah ngawur! Aku mencoba sebisa mungkin sadar dari kesad

Cinta pertama

Mata polosku dahulu bisa melihat hati murnimu. Kau bahkan tak berani untuk menatap mataku langsung. Kau hanya melihatku dari jauh, memperhatikanku dan aku menyadarinya. Seragam putih biru ini tak bisa menghalangi rasa yang kian meraja. Mungkin mulut bisa dusta, tapi tidak dengan hati dan mata. Aku melihat tatapan itu tapi tak bisa memutuskan kalau kau menyukaiku. Aku harus menunggu... Sepulang sekolah, aku melihatmu sudah nongkrong di kantin tempatku jajan. Aku malu saat aku jalan melewatimu. Dada yang sedari tadi bisa dengan normal bernafas.. sekarang sesak tak tahu kenapa. Sekali lagi mata itu.. Aku memutuskan duduk di salah satu meja di pojok. Hand phone adalah benda yang menolongku menghilangkan kelakuan salah tingkah. Dia menatapku lagi, kali ini kakinya melangkah mendekat. *** Aku lupa cara dia mengambil hatiku. Yang aku selalu ingat adalah tatapan mata tajam itu. Tapi aku tahu, sekarang aku sudah memilikimu... Aku juga ingat dulu.. kau berbeda dengan pria lainnya, kau pun

Rain

Hari ini hujan, hampir setiap hari. Dia datang sudah dari bulan oktober mungkin sampai april. Kebiasaannya menyembunyikan luka. Oh.. bukan luka, tapi buah luka. Hari ini aku menunggunya di bawah pohon. Di atas pohon itu sudah di pasang genteng buatan dari plastik, mungkin sebagian orang mengerti hujan tak akan berhenti walau salah satu orang basah dibuatnya. "Hai.. sudah lama menunggu?" Tanya seorang pria yang datang. dia basah kuyup, Namun wajah tampan itu tak bisa tertutup oleh air hujan. "barusan juga aku menunggu" jawabku tersenyum kecil. Aku sudah mengenal pria ini dari kecil. Kita sudah terpisah terlalu lama hingga satu tempat mempertemukan kita. Iya.. di tempat aku menunggunya ini adalah tempat pertama kita bertemu. Hujan tak henti, dia mengerti saat ada dua orang saling menjaga jarak. Dia terlalu dingin untuk saling menjauh. Pria itu mendekat dan duduk tak jauh dari tempatku duduk. Senyumnya selalu membuat jantungku berdegup kencang. "Aku harap ini buk

10 Hal bersamamu

Hari ini aku berharap masih bisa melihat senyumnya. Aku menganggap diriku tak berguna saat aku tak bisa mengabulkan permintaannya.. sebelum dia pergi. *** Aku coba membuka diary yang aku temukan di tasnya kemarin. "Cita-cita buat hatiku" 1. Menonton " The woman in black " bersamanya 2. ke taman 3. Makam mama 4. melihat bintang 5. Dinner 6. Hunting 7. Ke pantai 8. Ke air terjun 9. Natal bersama di gereja 10. Aku sangat berharap Engkau berikan cukup waktu untuk melakukan hal itu Tuhan... Akuerasa takut jika esok aku tak bisa memeluknya, merasakan aroma tubuhnya, senyum yang hangat itu... Tuhan.. aku sayang dia 1. Menonton "the woman in black" bersama. "Sayang, nanti jam 12 aku jemput kamu, kita akan nonton" kataku.. ku dengar suara yang semangat "bener?" Tanyanya memastikan. Wajah wanita itu berseri... aku selalu bangga diri saat bisa mengukir senyumnya. Permohonan ke 2,3,4,5,6,7,8 satu minggu ku coba selesaikan. Aku melih

Live One More Time

♪The virgin-cinta terlarang♪ Tuhan berikan aku hidup Satu kali lagi hanya untuk bersamanya~ Dulu aku menganggap lagu itu biasa saja. Perlahan semua itu menjadi di luar pikiranku. Mata polos itu, rambut jabrik ala abg itu, tak sadar menghantui pikiranku. Kadang aku tak bisa mencerna mengapa wajahnya selalu bergelanyut terbang kian kemari di otakku. Detak jantung yang mendadak cepat saat aku berpapasan dengannya. "Apa yang aku pikirkan?!!" Sesekali memukul pelan kepalaku, mencoba sadar dari halusinasi cinta. Aku mencoba sesadar-sadarnya. Namun aku memang lebih dari sadar saat aku bilang "kau mulai mencuri senyumku". "Heh, kamu tuh udah 29 tahun dan dia? Berapa tahun coba?" Seorang teman mencoba menyadarkanku. "Aku tau.. aku tau" kataku sadar. Selalu ada suara dari hati, mungkin itu mulut hatiku.. atau mulut pikiranku "hilangkan dia dari pikiranmu". *** "Selamat siang" salamku saat memasuki kelas. "Siang bu" sahut

Malaikat dunia

Setiap pagi, seperti biasa. Suara merdunya selalu ku dengar memanggil, kali ini dia ingin aku tak terlambat menempa ilmu di gedung yang banyak berkumpul para siswa siswi. Suaranya terdengar lagi jika aku tak segera beranjak dari tempat berkumpulnya kapuk ini. "Iya mama" sahutku setelah ketokan pintu berkali-kali yang ku dengar. Aku sempat berfikir "untuk apa dan diberi apa dia, hingga mau memelihara anak manusia yang terkadang mengukir airmatanya?" namun pertanyaan hati itu disanggah dengan kulihatnya tulisan yang mengatakan "Ibu adalah wali dari Tuhan". Mungkin Tuhan sangat sengaja mengirim malaikat suci itu. Dia selalu menjagaku, meski dengan omelan. aku selalu sadar "dia menyayangiku". Dia selalu mengawatirkanku, meski dengan cubitan di perut yang kadang membuat mulut berteriak. Aku selalu disadarkan kalau dia sangat menyayangiku. Aku diingatkan dengan album foto enam belas tahun silam. Dia memangkuku dengan senyuman yang mekar. Wajahnya teta

Siapakah dia?

Malam itu terasa hangat. Aku selalu menikmati setiap mimpiku yang datang. Aku selalu merasakan dan melihat perasaan yang sama, orang yang sama. Mimpi itu seperti nyata. Dia selalu menghampiriku. "Aku minta, aku mohon kamu berikan aku kesempatan yang kedua" kata lelaki yang sedari tadi memegang erat kedua tanganku. Wajahnya tampak lebam... Tapi hatiku tampak berat. Dia adalah orang yang aku sayangi... dulu.. sebelum dia menghianati hubungan kita. Sudah dua tahun aku menjalaninya dan akhirnya hanya memetik buah perselingkuhan dan terpaksa harus melepasnya. Seseorang pria yang lain menghampiriku, dia menepis tangan laki-laki itu dan menarikku menjauh dan lebih jauh. "Apa kau akan kembali kepada dia yang selalu melukis air matamu?" Tanya pria itu sedikit membentakku. Aku seakan mengenalnya, tapi aku tak tau siapa dia. Aku hanya diam. Dia langsung melukku. Dia seakan selalu tahu yang aku rasakan. Dia melepas pelukkannya dan menatapku lekat, semakin dekat dan mendekat..

Cinta Tak Bertatap Mata

Aku tak pernah berfikir dengan cepat, akan menggantikan posisi pria yang secara berjalannya waktu sudah lumayan lama menyita senyumku. Entah apa yang membuat aku terus menerus terpaku di masa lalu. Seakan tanganku enggan membuka pintu kebahagiaan dan aku selalu mengijinkan tagis datang. Aku sengaja menikmati kesakitan itu, sampai mata pun lebam menderita karna mengeluarkan tangisan luka. “apa yang sebaiknya aku lakukan? Menutup hati kah? Apa itu bisa menghilangkan luka?” pemikiran itu tampak semu sesaat setelah kedatangan orang yang masih ku anggap awam. Bagaimana bisa, orang di seberang pulau bisa sedikit demi sedikit menyita tangisku? Dia mungkin sengaja didatangkan Tuhan. Mungkin Tuhan lelah mendengar tangisku yang tak kunjung padam. Aku merasa sedikit aneh tentang kejadian yang sedikit menggelitik ini. “apakah aku salah mulai membuka hati pada orang yang bahkan matanya tak bisa aku tebak? Bagaimana wajahnya? Lalu berapa tingginya? Ahh.. semuanya tampak lucu. Apakah cinta segila in

"DRAMAKU CINTAKU"

Cuaca yang sangat mendukungku untuk tidur sebentar lagi. Tetapi janji sudah menungguku, aku harus jadi orang yang bisa dipercaya! Aku memaksa tubuhku untuk bangkit dari tempat tidur, meski mata yang enggan untuk terbuka. mungkin jika sudah mandi aku tidak akan ngantuk lagi. Pagi itu jam 09:00 WITA aku sudah menunggu di salah satu restoran yang sudah menjadi tempat aku bertemu dengan seseorang, seperti janji itu. “hei.. sudah lama menunggu?” Tanya seorang pria yang datang mendekatiku. “langsung saja pada intinya!” kataku langsung. “kamu gak berubah ya, masih seperti dulu” kata pria itu memberikan senyum kecilnya. Pria itu memang sudah mengenalku, dia adalah teman smpku dulu. Memang sudah lama, jika menengok umurku yang sudah 19 tahun, tapi dia masih saja mengenali sifatku dulu. “hmm gini.. aku mau minta tolong!” katanya membuka topic baru. “hmm apa?” tanyaku. “kamu mau gak jadi pacarku? Maksud aku pacar drama aja!” katanya lagi. Aku tersenyum. “Kau mau membayarku dengan melakukan h

Malaikatkah kau?

Hari ini saya mencoba menuliskan kisah teman saya, saya selalu memikirkan beberapa cerita sedih yang dilontarkannya tentang kejadian 2 tahun silam. Cerita-cerita itu membebani pikiran saya. Dia tampak kuat dari yang saya bayangkan. Saya tak pernah menemukan alasan mengapa dia tetap mengganggap sahabatnya itu sebagai sahabat, setelah semua yang menjadi kebahagiaannya direnggut dengan mudahnya. Awalnya saat itu aku berencana mengabarinya dengan hubunganku dengan pria yang sudah membuat hatiku mekar. Dia hanya tersenyum dan tetap setia mendengarkan saya. Saya pun memberanikan diri bertanya “siapa pacarmu sekarang?”. Dengan tersenyum kecil dia mencoba menceritakan kejadian itu. Seseorang sahabat yang sudah dia kenal selama tiga tahun, telah mencoba merebut kekasihnya. Pacar pertama teman saya itu telah membuat dia sangat terpuruk dengan terdengarnya isu, kalau pacarnya menjalin hubungan dengan sahabatnya sendiri. saya terpaku. saya tak bisa mengatakan sepatah kata pun karena saya tak

"CINTA TAK SEADIL WAKTU"

Aku tahu cintaku dan dia tulus, sudah empat tahun ini aku mengenal sesosok pria yang merenggut separuh nafasku itu. Dia pun terus-menerus meyakinkan aku, betapa berartinya aku dihidupnya. Semua itu Nampak nyata saat dikenalkan aku dengan dua orang separuh baya yang sudah membesarkan dia dua puluh enam tahun. Semua tampak pasti! Seakan tak mau dia pergi, aku selalu menyisihkan egoku sesaat jika cemburuku meledak. Aku ingin terus menjaga perasaannya. Pria yang keras itu bisa membawa hidupku sejauh ini. Beberapa omongan miring sempat bergelanyutan dipikiranku. Aku sempat bertanya. Dia hanya diam. Saat itu aku berfikir dia tak akan melakukan itu dan semua omongan itu adalah asumsi salah beberapa orang! satu oktober adalah disaat hubunganku dengan pria itu semakin erat. Aku bertunangan dengan dia. Saat itulah aku yakin “inilah pria terakhir dihidupku!” kataku pasti. Hari pun mulai berlalu.. aku masih merasa nyaman sampai seseorang  gadis datang dihidupnya. Beberapa minggu ini p

"AKU ATAU AKU"

Hari yang agak mendung, biasanya aku malas berangkat kesekolah. Tapi entah apa yang membuatku bersemangat menggendong tasku menuju koridor kelas. Pandangan mataku sampai pada seseorang yang duduk di depan kelas, panggil saja Rehan. Ya aku mulai mengaguminya dan sedikit mencuri-curi pandangan. “Dia memandangku!” salting saat matanya menuju tajam kemataku. Aku tersenyum malu. Dia memalingkan mukanya dengan acuh. “huh!” desusku kesal. Aku memang mulai dekat dengan dia, tapi bukan sebagai  “aku”, aku menyamarkan namaku agar dia tak tahu. Entah apa yang aku pikirkan. Dia memang mulai memperhatikan diriku yang lain. Tapi, bukan aku Clara! “ahhhhh… Clara goblokkk!!!!” kesal sambil menjambak pelan rambutku. *** “Halo” kata orang diseberang sana. “Halo” jawabku sambil menutupi mulut dengan sapu tangan. “Kamu lagi apa?” tanyanya lembut. Itu pertanyaan yang singkat, tapi menyita senyumku. “Lagi duduk aja” jawabku dengan suara manja. “Vin.. ada yang aku mau omongin, kita ketemu bisa?”.

"Gerbang Waktu KITA"

Matahari mulai enggan menampakkan sinarnya, di ganti beraninya bulan menengok keluar dan tersenyum menyambut malam tiba. Aku selalu disibukkan dengan melihat benda mungil yang selalu ada di tanganku. Setiap layar benda tersebut menyala, aku berharap terselip pesan singkat dari orang disebarang sana. Aku merasa rindu yang mendalam, dan selalu muncul pertanyaan “apakah dia merindukanku?” Tepat jam 00:20 dia menelfon, “Hanimonth 3” katanya lembut. Biasanya bulan lalu aku yang mengatakannya. Mungkin dia selalu mengingatku, mungkin. Suatu saat, saat kita bertemu. Aku takkan menyia-nyiakan waktuku tanpa dia. Aku akan memandang lekat wajah lembutnya, mendengar suara sendunya yang selalu aku dengar lewat telephone. 01 Junli: Aku merencanakan pulang ke kampung halaman, entah apa yang memaksaku kesana, mungkin orang yang mengatakan akan menungguku, aku ingin bertemu dengannya. Sampai disana kita memutuskan untuk bertemu, aku dan dia. Ya seorang yang dibalik telephone itu. Dia suda

"Riwayat Senyumku"

berawal dari dumai (dunia maya). awalnya aku hanya iseng membuka situs social yang membuatku heran "sociasingle" ya sociasingle lah yang mempertemukan kita. dan dari situ awal senyumku mulai terukhir. Setelah kejadian yang aku alami dimasalalu yang sempat membuat aku terpaku dan berlaku dingin terhadap semua pria.  mungkin segelintir orang menganggap biasa apa yang terjadi dimasalaluku bahkan tak banyak yang keenakkan dan sengaja mencicipi terus-terusan dosa yang bahkan akan menghancurkan masa depannya itu. aku tak pernah membayangkan kenapa dulu aku rela memberikan harta seorang wanita yang seharusnya diberikan hanya untuk suaminya? hanya karna rasa sayang? tapi, sekarang penyesalan tiada guna. perkenalanku tak cukup hanya bercakap menyebutkan nama saja. dia pun tak lupa menanyakan nomor hand phoneku. entah apa yang membuat tanganku mengangayunkan jarinya mengetik beberapa angka di pesan sociasingle. kita pun saling lebih dalam mengenal satu sama lain. aku tak pernah be

"Di Ujung Hati"

aku selalu di tempat yang sama. di ujung sungai yang mengalir lambat menuju suatu titik dimana air itu deras mengalir kebawah. mataku agak lebam. semalaman aku menangis seperti malam sebelumnya, penyesalan ini tak berujung. aku tak menemukan titik dimana air mataku bisa berhenti mengalir. ku lepaskan nafas kesal lewat dua lubang yang kian memerah. aku menghempaskan badanku pelan, menatap langit sore di atas hamparan rumput hijau. aku masih terbayang hari itu. seperti biasanya dia sangat romantis, humoris dan selalu membuatku kaget dengan berbagai macam kejutan dihari-hariku. semua itu membekas dan tak mungkin hilang. hari itu, tangannya erat menggandengku menuju suatu taman. tangan itu seakan tak membiarkan pegangannya lepas. aku selalu bertanya "kita mau kemana?" dia hanya menoleh lembut dan memberikan senyuman manis. ya bagiku sangat manis. langkah kita pun berhenti disuatu taman indah, di pinggir sungai. dia pun mulai tersenyum dan mempererat pegangan tangannya. aku kege

"Kasih Ayah menembus hati kerasku"

Hari itu cerah, nampaknya Lelaki itu belum bangun dari tidur pulasnya. “nak bangun!” teriak seorang dari balik pintu sambil mengetok pintu Rehan, pelan. “ahh.. masih pagi ayah!!” teriaknya dengan nada serak. Suara itu tampak lenyap diganti langkahan kaki yang samakin mengecil. Mobil itu melaju cukup kencang, menuju ke sebuah rumah kecil. Nampaknya rumah itu tak berpenghuni, tapi tunggu. “hei bro!” sapa Rehan saat pintu rumah itu dibukakan. “hei, lama lu gak kesini? Kenapa? Di bekap bokap lu?” ledeknya. Pukulan keras mengantam pundak pria itu. “sialan lu! Bokap gua berani gitu? Gk lah, dia takut gua kibas!” kata Rehan. “ahh, kalau lu gak takut pistolnya menembus kepala lu! Gua sih percaya lu lakuin itu!” kata pria itu tak mau mengalah. “woi.. udahlah, Rehan baru datang. Tak usahlah kau cari gara-gara!” kata seorang pria lagi keluar dari salah satu kamar di rumah itu. “bukannya gitu bos…” “ahh.. janganlah kau banyak omong kalau tak mau aku kibas kau!” katanya lagi dengan logat batak

"Apa itu Cinta"

Hari ini sangat cerah. Burung pun tak henti memamerkan alunan suara merdunya kepada pasangannya. Tapi bagiku hari ini sama saja, tak ada yang menarik. Seperti pagi biasanya, ocehan dan dengungan cekcok mama papa sudah kudengar. Apa yang terjadi semalam, itu yang juga tak bisa membuatku tidur dan terus terjaga. Aku merasa tak nyaman di dalam rumah. Aku tahu apa penyebab hal ini terjadi. Aku pun tak mau unjuk keberanian dan sok bijak masuk dalam persoalan mereka. Aku tahu, ini akan segera berakhir. Tetapi telingaku tak henti mendengarkan dengungan yang sampai kehati itu. Sesekali ku dengar suara benda jatuh yang memberi kesan tersendiri dipendengaran telingaku. Terkadang aku hanya menyendiri dikamar. Setiap hari. Sosok wanita separuh baya kulihat semakin memasuki keluargaku, mempunyai dua anak baginya mungkin tak cukup membahagiakannya hingga membawa papaku kepermasalahan rumah tangga yang kian rumit. Dan ketakutanku adalah kata “pisah”. Sering wanita itu berpura-pura tak menyad

"Riwayat Senyumku"

berawal dari dumai (dunia maya). awalnya aku hanya iseng membuka situs social yang membuatku heran "sociasinggle" ya sociasinggle lah yang mempertemukan kita. dan dari situ awal senyumku mulai terukhir. Setelah kejadian yang aku alami dimasalalu yang sempat membuat aku terpaku dan berlaku dingin terhadap semua pria. mungkin segelintir orang menganggap biasa apa yang terjadi dimasalaluku bahkan tak banyak yang keenakkan dan sengaja mencicipi terus-terusan dosa yang bahkan akan menghancurkan masa depannya itu. aku tak pernah membayangkan kenapa dulu aku rela memberikan harta seorang wanita yang seharusnya diberikan hanya untuk suaminya? hanya karna rasa sayang? tapi, sekarang penyesalan tiada guna. perkenalanku tak cukup hanya bercakap menyebutkan nama saja. dia pun tak lupa menanyakan nomor hand phoneku. entah apa yang membuat tanganku mengangayunkan jarinya mengetik beberapa angka di pesan sociasinggle. kita pun saling lebih dalam mengenal satu sama lain. aku tak pernah ber