Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Malaikatkah kau?

Hari ini saya mencoba menuliskan kisah teman saya, saya selalu memikirkan beberapa cerita sedih yang dilontarkannya tentang kejadian 2 tahun silam. Cerita-cerita itu membebani pikiran saya. Dia tampak kuat dari yang saya bayangkan. Saya tak pernah menemukan alasan mengapa dia tetap mengganggap sahabatnya itu sebagai sahabat, setelah semua yang menjadi kebahagiaannya direnggut dengan mudahnya. Awalnya saat itu aku berencana mengabarinya dengan hubunganku dengan pria yang sudah membuat hatiku mekar. Dia hanya tersenyum dan tetap setia mendengarkan saya. Saya pun memberanikan diri bertanya “siapa pacarmu sekarang?”. Dengan tersenyum kecil dia mencoba menceritakan kejadian itu. Seseorang sahabat yang sudah dia kenal selama tiga tahun, telah mencoba merebut kekasihnya. Pacar pertama teman saya itu telah membuat dia sangat terpuruk dengan terdengarnya isu, kalau pacarnya menjalin hubungan dengan sahabatnya sendiri. saya terpaku. saya tak bisa mengatakan sepatah kata pun karena saya tak

"CINTA TAK SEADIL WAKTU"

Aku tahu cintaku dan dia tulus, sudah empat tahun ini aku mengenal sesosok pria yang merenggut separuh nafasku itu. Dia pun terus-menerus meyakinkan aku, betapa berartinya aku dihidupnya. Semua itu Nampak nyata saat dikenalkan aku dengan dua orang separuh baya yang sudah membesarkan dia dua puluh enam tahun. Semua tampak pasti! Seakan tak mau dia pergi, aku selalu menyisihkan egoku sesaat jika cemburuku meledak. Aku ingin terus menjaga perasaannya. Pria yang keras itu bisa membawa hidupku sejauh ini. Beberapa omongan miring sempat bergelanyutan dipikiranku. Aku sempat bertanya. Dia hanya diam. Saat itu aku berfikir dia tak akan melakukan itu dan semua omongan itu adalah asumsi salah beberapa orang! satu oktober adalah disaat hubunganku dengan pria itu semakin erat. Aku bertunangan dengan dia. Saat itulah aku yakin “inilah pria terakhir dihidupku!” kataku pasti. Hari pun mulai berlalu.. aku masih merasa nyaman sampai seseorang  gadis datang dihidupnya. Beberapa minggu ini p

"AKU ATAU AKU"

Hari yang agak mendung, biasanya aku malas berangkat kesekolah. Tapi entah apa yang membuatku bersemangat menggendong tasku menuju koridor kelas. Pandangan mataku sampai pada seseorang yang duduk di depan kelas, panggil saja Rehan. Ya aku mulai mengaguminya dan sedikit mencuri-curi pandangan. “Dia memandangku!” salting saat matanya menuju tajam kemataku. Aku tersenyum malu. Dia memalingkan mukanya dengan acuh. “huh!” desusku kesal. Aku memang mulai dekat dengan dia, tapi bukan sebagai  “aku”, aku menyamarkan namaku agar dia tak tahu. Entah apa yang aku pikirkan. Dia memang mulai memperhatikan diriku yang lain. Tapi, bukan aku Clara! “ahhhhh… Clara goblokkk!!!!” kesal sambil menjambak pelan rambutku. *** “Halo” kata orang diseberang sana. “Halo” jawabku sambil menutupi mulut dengan sapu tangan. “Kamu lagi apa?” tanyanya lembut. Itu pertanyaan yang singkat, tapi menyita senyumku. “Lagi duduk aja” jawabku dengan suara manja. “Vin.. ada yang aku mau omongin, kita ketemu bisa?”.

"Gerbang Waktu KITA"

Matahari mulai enggan menampakkan sinarnya, di ganti beraninya bulan menengok keluar dan tersenyum menyambut malam tiba. Aku selalu disibukkan dengan melihat benda mungil yang selalu ada di tanganku. Setiap layar benda tersebut menyala, aku berharap terselip pesan singkat dari orang disebarang sana. Aku merasa rindu yang mendalam, dan selalu muncul pertanyaan “apakah dia merindukanku?” Tepat jam 00:20 dia menelfon, “Hanimonth 3” katanya lembut. Biasanya bulan lalu aku yang mengatakannya. Mungkin dia selalu mengingatku, mungkin. Suatu saat, saat kita bertemu. Aku takkan menyia-nyiakan waktuku tanpa dia. Aku akan memandang lekat wajah lembutnya, mendengar suara sendunya yang selalu aku dengar lewat telephone. 01 Junli: Aku merencanakan pulang ke kampung halaman, entah apa yang memaksaku kesana, mungkin orang yang mengatakan akan menungguku, aku ingin bertemu dengannya. Sampai disana kita memutuskan untuk bertemu, aku dan dia. Ya seorang yang dibalik telephone itu. Dia suda

"Riwayat Senyumku"

berawal dari dumai (dunia maya). awalnya aku hanya iseng membuka situs social yang membuatku heran "sociasingle" ya sociasingle lah yang mempertemukan kita. dan dari situ awal senyumku mulai terukhir. Setelah kejadian yang aku alami dimasalalu yang sempat membuat aku terpaku dan berlaku dingin terhadap semua pria.  mungkin segelintir orang menganggap biasa apa yang terjadi dimasalaluku bahkan tak banyak yang keenakkan dan sengaja mencicipi terus-terusan dosa yang bahkan akan menghancurkan masa depannya itu. aku tak pernah membayangkan kenapa dulu aku rela memberikan harta seorang wanita yang seharusnya diberikan hanya untuk suaminya? hanya karna rasa sayang? tapi, sekarang penyesalan tiada guna. perkenalanku tak cukup hanya bercakap menyebutkan nama saja. dia pun tak lupa menanyakan nomor hand phoneku. entah apa yang membuat tanganku mengangayunkan jarinya mengetik beberapa angka di pesan sociasingle. kita pun saling lebih dalam mengenal satu sama lain. aku tak pernah be

"Di Ujung Hati"

aku selalu di tempat yang sama. di ujung sungai yang mengalir lambat menuju suatu titik dimana air itu deras mengalir kebawah. mataku agak lebam. semalaman aku menangis seperti malam sebelumnya, penyesalan ini tak berujung. aku tak menemukan titik dimana air mataku bisa berhenti mengalir. ku lepaskan nafas kesal lewat dua lubang yang kian memerah. aku menghempaskan badanku pelan, menatap langit sore di atas hamparan rumput hijau. aku masih terbayang hari itu. seperti biasanya dia sangat romantis, humoris dan selalu membuatku kaget dengan berbagai macam kejutan dihari-hariku. semua itu membekas dan tak mungkin hilang. hari itu, tangannya erat menggandengku menuju suatu taman. tangan itu seakan tak membiarkan pegangannya lepas. aku selalu bertanya "kita mau kemana?" dia hanya menoleh lembut dan memberikan senyuman manis. ya bagiku sangat manis. langkah kita pun berhenti disuatu taman indah, di pinggir sungai. dia pun mulai tersenyum dan mempererat pegangan tangannya. aku kege

"Kasih Ayah menembus hati kerasku"

Hari itu cerah, nampaknya Lelaki itu belum bangun dari tidur pulasnya. “nak bangun!” teriak seorang dari balik pintu sambil mengetok pintu Rehan, pelan. “ahh.. masih pagi ayah!!” teriaknya dengan nada serak. Suara itu tampak lenyap diganti langkahan kaki yang samakin mengecil. Mobil itu melaju cukup kencang, menuju ke sebuah rumah kecil. Nampaknya rumah itu tak berpenghuni, tapi tunggu. “hei bro!” sapa Rehan saat pintu rumah itu dibukakan. “hei, lama lu gak kesini? Kenapa? Di bekap bokap lu?” ledeknya. Pukulan keras mengantam pundak pria itu. “sialan lu! Bokap gua berani gitu? Gk lah, dia takut gua kibas!” kata Rehan. “ahh, kalau lu gak takut pistolnya menembus kepala lu! Gua sih percaya lu lakuin itu!” kata pria itu tak mau mengalah. “woi.. udahlah, Rehan baru datang. Tak usahlah kau cari gara-gara!” kata seorang pria lagi keluar dari salah satu kamar di rumah itu. “bukannya gitu bos…” “ahh.. janganlah kau banyak omong kalau tak mau aku kibas kau!” katanya lagi dengan logat batak

"Apa itu Cinta"

Hari ini sangat cerah. Burung pun tak henti memamerkan alunan suara merdunya kepada pasangannya. Tapi bagiku hari ini sama saja, tak ada yang menarik. Seperti pagi biasanya, ocehan dan dengungan cekcok mama papa sudah kudengar. Apa yang terjadi semalam, itu yang juga tak bisa membuatku tidur dan terus terjaga. Aku merasa tak nyaman di dalam rumah. Aku tahu apa penyebab hal ini terjadi. Aku pun tak mau unjuk keberanian dan sok bijak masuk dalam persoalan mereka. Aku tahu, ini akan segera berakhir. Tetapi telingaku tak henti mendengarkan dengungan yang sampai kehati itu. Sesekali ku dengar suara benda jatuh yang memberi kesan tersendiri dipendengaran telingaku. Terkadang aku hanya menyendiri dikamar. Setiap hari. Sosok wanita separuh baya kulihat semakin memasuki keluargaku, mempunyai dua anak baginya mungkin tak cukup membahagiakannya hingga membawa papaku kepermasalahan rumah tangga yang kian rumit. Dan ketakutanku adalah kata “pisah”. Sering wanita itu berpura-pura tak menyad