Langsung ke konten utama

Postingan

Riwayat Senyumku

berawal dari dumai (dunia maya). awalnya aku hanya iseng membuka situs social yang membuatku heran "sociasinggle" ya sociasinggle lah yang mempertemukan kita. dan dari situ awal senyumku mulai terukhir. Setelah kejadian yang aku alami dimasalalu yang sempat membuat aku terpaku dan berlaku dingin terhadap semua pria. mungkin segelintir orang menganggap biasa apa yang terjadi dimasalaluku bahkan tak banyak yang keenakkan dan sengaja mencicipi terus-terusan dosa yang bahkan akan menghancurkan masa depannya itu. aku tak pernah membayangkan kenapa dulu aku rela memberikan harta seorang wanita yang seharusnya diberikan hanya untuk suaminya? hanya karna rasa sayang? tapi, sekarang penyesalan tiada guna. perkenalanku tak cukup hanya bercakap menyebutkan nama saja. dia pun tak lupa menanyakan nomor hand phoneku. entah apa yang membuat tanganku mengangayunkan jarinya mengetik beberapa angka di pesan sociasinggle. kita pun saling lebih dalam mengenal satu sama lain. aku tak pernah berg
Postingan terbaru

Cinta Sebatas Sapa

Siang yang panas. Terik matahari yang selalu tak berhenti bersinar hari ini membuatku enggan beraktifitas. Sinar itu menerangi ruangan kamar dari pantulan jendela. Aku sekarang tidak pernah merasakan hangatnya semangat siang hari, entah apa yang barusan ini menerpa semangatku. Apa hanya karena pria? Kenapa? Aku selalu berusaha memperjuangkan sesuatu yang hampir saja lepas sekarang. Pria yang sudah mengambil sebagian hatiku dan berjanji menjaganya, sekarang terasa asing bagiku. Entah apa yang salah. Aku mencoba bertanya pada diri sendiri. "Terlalu egoiskah aku? Atau terlalu mengekang dia?" aku tidak bisa menjawab sekaligus teka-teki yang ada di pikiranku dengan tepat sekarang. Seolah namanya selalu terngiang dan merusak sebagian kecil gengsiku. Mungkin aku terlalu lemah terhadap pria, karena aku tidak bisa setengah-tengah memberi rasa padanya. Mungkin karena itu aku selalu tersakiti dengan hal makluk yang sama. Pria... Beberapa hari ini dia sibuk. Yah.. Biasalah, anak kulia

Siapakah dia 2

Masih teringat jelas jalan cerita tiap malam yang aku tempuh. Semua itu terlihat mimpi tapi seperti nyata. Entah apa yang lain dari mimpi yang lainnya. Malam ini kelabu bagiku.. Setiap saat itulah dia datang di bunga-bunga lelapku. Hampir satu minggu ini dia memberikan warna yang lain dari dunianya yang belum bisa diterima dengan akal sehat. Aku selalu menganggapnya bunga tidur, tapi saat aku tidur.. Itu seperti nyata. Wajahnya, senyumnya bahkan saat dia menggandengku. "Ah.. Jika dia nyata pasti dia bukan manusia" kata temanku saat beberapa kali mendengar ceritaku. Ada pula yang bilang "itu malaikatmu yang dikirim Tuhan untuk buat kamu bahagia di alam bawah sadarmu" keningku sedikit mengerut. "ini bukan di negeri dongeng! Ini di dunia nyata.. Dia mungkin memang hanya bunga tidurku saja" sangkalku. Saat berada didunia nyataku, wajahnya pun tidak aku ingat. Bahkan aku tidak tahu namanya. Tapi saat disana, aku seakan sangat mengenal dia.. Dan itu selalu te

Waktu untuk kita

Hari seperti biasa, bangun tidur aku selalu menyempatkan waktu sesempat mungkin melihat layar handphoneku. Entah kegeeran apa yang menerpa, senang rasanya kalau semangatku di asah sedini mungkin dengan pesan singkat ucapan " selamat pagi sayang". Pesan dari siapa lagi kalau bukan dia.. Iya! dia yang sudah merenggut sedikit banyak waktuku. "pagi juga sayang" balasku dengan senyuman yang tak mungkin sampai disana. Aku mempercayainya sekarang. Satu tahun sudah aku lalui dengan ragu yang sesekali muncul. "setiakah dia disana? Apakah dia sungguh-sungguh?" aku selalu takut kalau jawaban dari semua pertanyaanku jauh dari harapanku. Aku mencoba sebisa mungkin membuat dia percaya kalau aku setia disini. "Aku akan selalu menunggu waktu dimana kita bisa saling bertatap muka, bercerita tentang keseharian kita secara langsung.. Aku selalu penasaran bagaimana emotionku saat menatap matamu. Aku juga ingin melihat senyummu yang aku ciptakan sendiri.. Iya untuk aku&

Andai lebih awal

Hari ini cerah, tak seperti biasa. Tapi hati masih di gelanyuti dengan alunan nada yang menyita senyumku. Mungkin lagu itu tak sepenuhnya untukku atau aku saja yang terlalu percaya diri kalau yang dia maksud itu aku. Minggu lalu dia disampingku. Duduk di dekatku itu biasa bagiku, toh dia adalah tempat celotehan, tawa dan tangisku. Dia sahabatku. Aku dengar suara merdunya mengalunkan sebuah lagu. " Andai saja waktu itu tak ku tunda, tuk ungkapkan isi hati kepadanya. Mungkin dia jadi milikku bahagiakan hariku" Dia menatapku. Aku merasa lagu itu menyentuhku. " Terlambat sudah semua kali ini, yang ku inginkan tak lagi sendiri" . Kali ini aku menatapnya, dia tersenyum namun alunan gitar tak berhenti. Ku coba membuyarkan pikiranku. Senyumnya kini selalu membuatku deg degan.. padahal dulu tak seperti itu. Memang, dulu hatiku sempat nyangkut di sela sela senyumnya.. " tapi itu dulu.. masa sekarang aku su..." Ah ngawur! Aku mencoba sebisa mungkin sadar dari kesad

Cinta pertama

Mata polosku dahulu bisa melihat hati murnimu. Kau bahkan tak berani untuk menatap mataku langsung. Kau hanya melihatku dari jauh, memperhatikanku dan aku menyadarinya. Seragam putih biru ini tak bisa menghalangi rasa yang kian meraja. Mungkin mulut bisa dusta, tapi tidak dengan hati dan mata. Aku melihat tatapan itu tapi tak bisa memutuskan kalau kau menyukaiku. Aku harus menunggu... Sepulang sekolah, aku melihatmu sudah nongkrong di kantin tempatku jajan. Aku malu saat aku jalan melewatimu. Dada yang sedari tadi bisa dengan normal bernafas.. sekarang sesak tak tahu kenapa. Sekali lagi mata itu.. Aku memutuskan duduk di salah satu meja di pojok. Hand phone adalah benda yang menolongku menghilangkan kelakuan salah tingkah. Dia menatapku lagi, kali ini kakinya melangkah mendekat. *** Aku lupa cara dia mengambil hatiku. Yang aku selalu ingat adalah tatapan mata tajam itu. Tapi aku tahu, sekarang aku sudah memilikimu... Aku juga ingat dulu.. kau berbeda dengan pria lainnya, kau pun

Rain

Hari ini hujan, hampir setiap hari. Dia datang sudah dari bulan oktober mungkin sampai april. Kebiasaannya menyembunyikan luka. Oh.. bukan luka, tapi buah luka. Hari ini aku menunggunya di bawah pohon. Di atas pohon itu sudah di pasang genteng buatan dari plastik, mungkin sebagian orang mengerti hujan tak akan berhenti walau salah satu orang basah dibuatnya. "Hai.. sudah lama menunggu?" Tanya seorang pria yang datang. dia basah kuyup, Namun wajah tampan itu tak bisa tertutup oleh air hujan. "barusan juga aku menunggu" jawabku tersenyum kecil. Aku sudah mengenal pria ini dari kecil. Kita sudah terpisah terlalu lama hingga satu tempat mempertemukan kita. Iya.. di tempat aku menunggunya ini adalah tempat pertama kita bertemu. Hujan tak henti, dia mengerti saat ada dua orang saling menjaga jarak. Dia terlalu dingin untuk saling menjauh. Pria itu mendekat dan duduk tak jauh dari tempatku duduk. Senyumnya selalu membuat jantungku berdegup kencang. "Aku harap ini buk