Langsung ke konten utama

Waktu untuk kita

Hari seperti biasa, bangun tidur aku selalu menyempatkan waktu sesempat mungkin melihat layar handphoneku. Entah kegeeran apa yang menerpa, senang rasanya kalau semangatku di asah sedini mungkin dengan pesan singkat ucapan "selamat pagi sayang". Pesan dari siapa lagi kalau bukan dia.. Iya! dia yang sudah merenggut sedikit banyak waktuku. "pagi juga sayang" balasku dengan senyuman yang tak mungkin sampai disana.

Aku mempercayainya sekarang. Satu tahun sudah aku lalui dengan ragu yang sesekali muncul. "setiakah dia disana? Apakah dia sungguh-sungguh?" aku selalu takut kalau jawaban dari semua pertanyaanku jauh dari harapanku. Aku mencoba sebisa mungkin membuat dia percaya kalau aku setia disini. "Aku akan selalu menunggu waktu dimana kita bisa saling bertatap muka, bercerita tentang keseharian kita secara langsung.. Aku selalu penasaran bagaimana emotionku saat menatap matamu. Aku juga ingin melihat senyummu yang aku ciptakan sendiri.. Iya untuk aku" semua mimpi-mimpi itu ingin aku capai sesegera mungkin.

Setahun sudah berlalu..
Banyak pemikiran buruk tentang dia yang aku tangkis sebisa mungkin. Aku sesekali mengambil pikiran positifku saat negative thinkingku menyudutkannya. "Tuhan jika dia yang terbaik, tolong singkirkan semua pikiran negativeku tentang dia" gumamku. Semua hal yang negative menumpuk dan hampir menutupi kepercayaanku saat waktu untukku jarang dia luangkan. "maaf sayang, aku sibuk dan banyak tugas" aku tersenyum lirih sesekali mecoba tersenyum lega. "iya sayang aku ngerti" (kali ini)

Beberapa hari yang sibuk buat dia. Bahkan pesan paginya pun sudah tak nampak dilayar handphoneku. Aku coba menyapa duluan. "pagi sayang" sapaku dengan senyuman dari depan layar handphoneku. Beberapa menit berlalu tanpa cahaya layar handphoneku yang nampak. "mungkin dia sibuk" aku mencoba menenangkan hatiku yang mulai lirih. Sebisa mungin dan sesempat mungkin aku meluangkan waktu untuk kita, tapi balasan waktu luangmu tak aku dapatkan sekarang. Entah apa yang kau lakukan sekarang. "Pesan singkat tidak akan mengambil waktumu terlalu banyak sayang" aku mencoba mengetik kalimat yang membuatmu sadar, serasa berat tanganku mengirimnya.. Kalimat itu hanya menjadi draf usang yang sampai sekarang masih tak tersentuh.

Hari berikutnya...

Hari ini benar-benar penting untukku, mungkin hanya untukku. 05 maret adalah tanggal yang selalu istimewa dihatiku. Entah seseistimewa apa tanggal itu sampai air mata tak bisa terbendung dimataku. Sesekali menetes saat layar handphoneku belum menunjukkan "kau peduli" bahkan saat ditanggal Tuhan ijinkan kita bisa bersatu.

"mungkin saat aku benar-benar tak bisa mencarimu dan saat kau mencariku tapi tak kau temui kabarku di alam ini, saat itu kau mulai peduli" aku tidak akan meminta banyak dari hubungan kita. Aku selalu mengharapkan orang yang sama yang membuatku tersenyum, peduli saat aku benar-benar terpuruk sendiri. Aku hanya menemukan layar handphoneku yang menunjukkan "kau tidak peduli lagi"

Aku takut kecewaku terulang dan selalu terulang. Dan aku sangat takut hal itu memudarkan rasa percayaku atau rasa sayangku. Karena sekokoh apapun batu, jika selalu ditetesi air sesering mungkin. Batu itu bisa saja hancur" :')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Riwayat Senyumku

berawal dari dumai (dunia maya). awalnya aku hanya iseng membuka situs social yang membuatku heran "sociasinggle" ya sociasinggle lah yang mempertemukan kita. dan dari situ awal senyumku mulai terukhir. Setelah kejadian yang aku alami dimasalalu yang sempat membuat aku terpaku dan berlaku dingin terhadap semua pria. mungkin segelintir orang menganggap biasa apa yang terjadi dimasalaluku bahkan tak banyak yang keenakkan dan sengaja mencicipi terus-terusan dosa yang bahkan akan menghancurkan masa depannya itu. aku tak pernah membayangkan kenapa dulu aku rela memberikan harta seorang wanita yang seharusnya diberikan hanya untuk suaminya? hanya karna rasa sayang? tapi, sekarang penyesalan tiada guna. perkenalanku tak cukup hanya bercakap menyebutkan nama saja. dia pun tak lupa menanyakan nomor hand phoneku. entah apa yang membuat tanganku mengangayunkan jarinya mengetik beberapa angka di pesan sociasinggle. kita pun saling lebih dalam mengenal satu sama lain. aku tak pernah berg

Andai lebih awal

Hari ini cerah, tak seperti biasa. Tapi hati masih di gelanyuti dengan alunan nada yang menyita senyumku. Mungkin lagu itu tak sepenuhnya untukku atau aku saja yang terlalu percaya diri kalau yang dia maksud itu aku. Minggu lalu dia disampingku. Duduk di dekatku itu biasa bagiku, toh dia adalah tempat celotehan, tawa dan tangisku. Dia sahabatku. Aku dengar suara merdunya mengalunkan sebuah lagu. " Andai saja waktu itu tak ku tunda, tuk ungkapkan isi hati kepadanya. Mungkin dia jadi milikku bahagiakan hariku" Dia menatapku. Aku merasa lagu itu menyentuhku. " Terlambat sudah semua kali ini, yang ku inginkan tak lagi sendiri" . Kali ini aku menatapnya, dia tersenyum namun alunan gitar tak berhenti. Ku coba membuyarkan pikiranku. Senyumnya kini selalu membuatku deg degan.. padahal dulu tak seperti itu. Memang, dulu hatiku sempat nyangkut di sela sela senyumnya.. " tapi itu dulu.. masa sekarang aku su..." Ah ngawur! Aku mencoba sebisa mungkin sadar dari kesad

Rain

Hari ini hujan, hampir setiap hari. Dia datang sudah dari bulan oktober mungkin sampai april. Kebiasaannya menyembunyikan luka. Oh.. bukan luka, tapi buah luka. Hari ini aku menunggunya di bawah pohon. Di atas pohon itu sudah di pasang genteng buatan dari plastik, mungkin sebagian orang mengerti hujan tak akan berhenti walau salah satu orang basah dibuatnya. "Hai.. sudah lama menunggu?" Tanya seorang pria yang datang. dia basah kuyup, Namun wajah tampan itu tak bisa tertutup oleh air hujan. "barusan juga aku menunggu" jawabku tersenyum kecil. Aku sudah mengenal pria ini dari kecil. Kita sudah terpisah terlalu lama hingga satu tempat mempertemukan kita. Iya.. di tempat aku menunggunya ini adalah tempat pertama kita bertemu. Hujan tak henti, dia mengerti saat ada dua orang saling menjaga jarak. Dia terlalu dingin untuk saling menjauh. Pria itu mendekat dan duduk tak jauh dari tempatku duduk. Senyumnya selalu membuat jantungku berdegup kencang. "Aku harap ini buk