Mata polosku dahulu bisa melihat hati murnimu. Kau bahkan tak berani untuk menatap mataku langsung. Kau hanya melihatku dari jauh, memperhatikanku dan aku menyadarinya.
Seragam putih biru ini tak bisa menghalangi rasa yang kian meraja. Mungkin mulut bisa dusta, tapi tidak dengan hati dan mata. Aku melihat tatapan itu tapi tak bisa memutuskan kalau kau menyukaiku. Aku harus menunggu...
Sepulang sekolah, aku melihatmu sudah nongkrong di kantin tempatku jajan. Aku malu saat aku jalan melewatimu. Dada yang sedari tadi bisa dengan normal bernafas.. sekarang sesak tak tahu kenapa. Sekali lagi mata itu..
Aku memutuskan duduk di salah satu meja di pojok. Hand phone adalah benda yang menolongku menghilangkan kelakuan salah tingkah. Dia menatapku lagi, kali ini kakinya melangkah mendekat.
***
Aku lupa cara dia mengambil hatiku. Yang aku selalu ingat adalah tatapan mata tajam itu. Tapi aku tahu, sekarang aku sudah memilikimu...
Aku juga ingat dulu.. kau berbeda dengan pria lainnya, kau pun puas sekedar melihat sepasang mataku tajam dan genggaman tangan lembut. Aku menikmati hari bersamamu... sampai seseorang datang.
Aku bimbang tak tahu memutuskan apa. Dan di suatu malam saat aku masuk dalam mimpiku aku melihat mata itu tertutup dan kau pergi.. aku belum bisa mengerti tapi harus bisa memutuskan. Kungkin seseorang lebih membutuhkan dia dari pada aku. "Kita harus berpisah.. itulah yang terbaik" kataku pelan.
Aku tak menyesal mengubur kisah kita. Aku sudah pernah mengenalmu lebih dalam itu adalah bahagia kecilku. Dia yang datang pun tidak karena salahmu. Mungkin memang kau hanya bisa sekejap ku miliki.
Aku selalu menghargaimu sebagai orang yang bisa mengajariku apa itu cinta...
Komentar
Posting Komentar