Langsung ke konten utama

Cinta pertama

Mata polosku dahulu bisa melihat hati murnimu. Kau bahkan tak berani untuk menatap mataku langsung. Kau hanya melihatku dari jauh, memperhatikanku dan aku menyadarinya.

Seragam putih biru ini tak bisa menghalangi rasa yang kian meraja. Mungkin mulut bisa dusta, tapi tidak dengan hati dan mata. Aku melihat tatapan itu tapi tak bisa memutuskan kalau kau menyukaiku. Aku harus menunggu...

Sepulang sekolah, aku melihatmu sudah nongkrong di kantin tempatku jajan. Aku malu saat aku jalan melewatimu. Dada yang sedari tadi bisa dengan normal bernafas.. sekarang sesak tak tahu kenapa. Sekali lagi mata itu..

Aku memutuskan duduk di salah satu meja di pojok. Hand phone adalah benda yang menolongku menghilangkan kelakuan salah tingkah. Dia menatapku lagi, kali ini kakinya melangkah mendekat.

***

Aku lupa cara dia mengambil hatiku. Yang aku selalu ingat adalah tatapan mata tajam itu. Tapi aku tahu, sekarang aku sudah memilikimu...

Aku juga ingat dulu.. kau berbeda dengan pria lainnya, kau pun puas sekedar melihat sepasang mataku tajam dan genggaman tangan lembut. Aku menikmati hari bersamamu... sampai seseorang datang.

Aku bimbang tak tahu memutuskan apa. Dan di suatu malam saat aku masuk dalam mimpiku aku melihat mata itu tertutup dan kau pergi.. aku belum bisa mengerti tapi harus bisa memutuskan. Kungkin seseorang lebih membutuhkan dia dari pada aku. "Kita harus berpisah.. itulah yang terbaik" kataku pelan.

Aku tak menyesal mengubur kisah kita. Aku sudah pernah mengenalmu lebih dalam itu adalah bahagia kecilku. Dia yang datang pun tidak karena salahmu. Mungkin memang kau hanya bisa sekejap ku miliki.

Aku selalu menghargaimu sebagai orang yang bisa mengajariku apa itu cinta...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Riwayat Senyumku

berawal dari dumai (dunia maya). awalnya aku hanya iseng membuka situs social yang membuatku heran "sociasinggle" ya sociasinggle lah yang mempertemukan kita. dan dari situ awal senyumku mulai terukhir. Setelah kejadian yang aku alami dimasalalu yang sempat membuat aku terpaku dan berlaku dingin terhadap semua pria. mungkin segelintir orang menganggap biasa apa yang terjadi dimasalaluku bahkan tak banyak yang keenakkan dan sengaja mencicipi terus-terusan dosa yang bahkan akan menghancurkan masa depannya itu. aku tak pernah membayangkan kenapa dulu aku rela memberikan harta seorang wanita yang seharusnya diberikan hanya untuk suaminya? hanya karna rasa sayang? tapi, sekarang penyesalan tiada guna. perkenalanku tak cukup hanya bercakap menyebutkan nama saja. dia pun tak lupa menanyakan nomor hand phoneku. entah apa yang membuat tanganku mengangayunkan jarinya mengetik beberapa angka di pesan sociasinggle. kita pun saling lebih dalam mengenal satu sama lain. aku tak pernah berg

Andai lebih awal

Hari ini cerah, tak seperti biasa. Tapi hati masih di gelanyuti dengan alunan nada yang menyita senyumku. Mungkin lagu itu tak sepenuhnya untukku atau aku saja yang terlalu percaya diri kalau yang dia maksud itu aku. Minggu lalu dia disampingku. Duduk di dekatku itu biasa bagiku, toh dia adalah tempat celotehan, tawa dan tangisku. Dia sahabatku. Aku dengar suara merdunya mengalunkan sebuah lagu. " Andai saja waktu itu tak ku tunda, tuk ungkapkan isi hati kepadanya. Mungkin dia jadi milikku bahagiakan hariku" Dia menatapku. Aku merasa lagu itu menyentuhku. " Terlambat sudah semua kali ini, yang ku inginkan tak lagi sendiri" . Kali ini aku menatapnya, dia tersenyum namun alunan gitar tak berhenti. Ku coba membuyarkan pikiranku. Senyumnya kini selalu membuatku deg degan.. padahal dulu tak seperti itu. Memang, dulu hatiku sempat nyangkut di sela sela senyumnya.. " tapi itu dulu.. masa sekarang aku su..." Ah ngawur! Aku mencoba sebisa mungkin sadar dari kesad

Rain

Hari ini hujan, hampir setiap hari. Dia datang sudah dari bulan oktober mungkin sampai april. Kebiasaannya menyembunyikan luka. Oh.. bukan luka, tapi buah luka. Hari ini aku menunggunya di bawah pohon. Di atas pohon itu sudah di pasang genteng buatan dari plastik, mungkin sebagian orang mengerti hujan tak akan berhenti walau salah satu orang basah dibuatnya. "Hai.. sudah lama menunggu?" Tanya seorang pria yang datang. dia basah kuyup, Namun wajah tampan itu tak bisa tertutup oleh air hujan. "barusan juga aku menunggu" jawabku tersenyum kecil. Aku sudah mengenal pria ini dari kecil. Kita sudah terpisah terlalu lama hingga satu tempat mempertemukan kita. Iya.. di tempat aku menunggunya ini adalah tempat pertama kita bertemu. Hujan tak henti, dia mengerti saat ada dua orang saling menjaga jarak. Dia terlalu dingin untuk saling menjauh. Pria itu mendekat dan duduk tak jauh dari tempatku duduk. Senyumnya selalu membuat jantungku berdegup kencang. "Aku harap ini buk